Di India,
Pandit Agung asal India bernama Atiśa Dīpankara Śrījñāna berlayar selama 14 bulan untuk berguru kepada Guru Suwarnadwipa Dharmakirti di Nusantara abad X selama 13 tahun.
Tradisi Buddhis Nusantara yang diwarisi Guru Atiśa dari Guru Suwarnadwipa kemudian Beliau bawa kembali ke India, lalu sampai ke negeri Tibet.
Patung Guru Swarnadwipa di Kadam Choeling Bandung
Pada masa itu, di Tibet sendiri, agama Buddha tengah mengalami kemerosotan. Raja Hlalama Yeshe O mengorbankan dirinya agar keponakannya, Hlalama Jangchub O, bisa pergi ke India untuk mengundang Guru Atiśa ke Tibet.
Meski diramal bahwa umurnya akan berkurang, Guru Atiśa setuju untuk berangkat ke Tibet. Di sana, Beliau mereformasi Buddhadharma Tibet, meluruskan kesalahpahaman antara praktisi Sutra dan Tantra mulai dari mengajarkan hal yang paling dasar, yaitu hukum karma dan Tisarana.
Beliau juga menyusun kitab Bodhipathapradīpa (Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan), ulasan Sutra Prajnaparamita yang mencakup keseluruhan ajaran Buddha, disusun secara bertahap dan sistematis sehingga mudah dipraktikkan. Di dalamnya juga terkandung ajaran dan tradisi Buddhis Nusantara yang Beliau warisi dari Guru Suwarnadwipa. Kitab inilah yang menjadi cikal-bakal Lamrim (Tahapan Jalan Menuju Pencerahan).
Warisan peradaban Buddhis Nusantara dijaga turun-temurun oleh Guru-Guru Dharma Tibet.
Meski sempat mengalami kemerosotan, Dharma kembali berkembang berkat sang Raja Dharma Je Tsongkhapa yang hidup di abad XIV. Salah satu jasa besar Beliau adalah menyusun Lamrim Chenmo (Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan), ulasan Bodhipathapradīpa karya Guru Atiśa yang juga menyatukan kebijaksanaan dan metode dari berbagai tradisi Buddhis di Tibet.
Rupang Je Tosngkhapa di Biara Indonesia Tushita Vivaranacarana Vijayasraya
Melalui Lamrim Chenmo dan kitab-kitab Lamrim lainnya, Buddhadharma Nusantara pun terus dilestarikan, hingga sekarang.
Buddhadharma Nusantara terus diajarkan di berbagai biara di Tibet melalui Lamrim, salah satunya di Biara Dagpo.
Biara Dagpo: Biara dengan Peraturan Paling Ketat di Tibet
Pada tahun 1959, konflik antara China dan Tibet mendorong banyak Guru Dharma mengungsi ke India, termasuk Guru Dagpo Rinpoche Jampel Jhampa Gyatso.
Selain berasal dari Biara Dagpo yang dikenal sebagai Biara Lamrim, Guru Dagpo Rinpoche dinyatakan sebagai satu kesinambungan batin dengan Guru Suwarnadwipa Dharmakirti oleh Y.M.S. Dalai Lama XIII.
Y.M. Guru Dagpo Rinpoche Saat di Perancis
Di India, Guru Dagpo Rinpoche diundang ke Prancis untuk mengajarkan budaya Tibet. Dapat dikatakan bahwa ini adalah titik awal kembalinya Buddhadharma Nusantara ke Indonesia hingga sampai di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Nantikan seri Peradaban Buddhis Nusantara bagian 3!