Surat Nasihat Praktik Sutra dan Tantra

2022-12-18

A Letter of Practical Advice on Sutra & Tantra
A Letter of Practical Advice on Sutra & Tantra

BAGIAN 1: Nasihat tentang Praktik Sutra

Kalimat Pembuka

Hormat kepada Mañjughoṣa. Semoga aku selalu diperhatikan olehmu, yang terunggul dari pembabar Dharma tiada tanding. Pengetahuan dan kebijaksanaan sempurnamu tak terhalangi bahkan terkait poin-poin paling subtil. Ini adalah berkat pengenalanmu, dalam kurun waktu yang lama, terhadap metode-metode mendalam (ketiadaan, dengan kata lain kekosongan) dan luas (tindakan tercerahkan, yang didapatkan) melalui banyak cara-cara piawai yang menakjubkan.

Oh sahabat dan mentor spiritualku yang luar biasa, pertama engkau berjuang mendengarkan dan mempelajari banyak pembabaran kitab suci. Lalu engkau menyebarkan ajaran dengan penjelasanmu yang unggul. Pada akhirnya, engkau berupaya secara terus-menerus untuk mengaktualisasikannya. Semoga kakimu kukuh selama hidup yang panjang!

Aku telah menerima pohon yang sepenuhnya menyenangkan akan suratmu, berikut dengan buah lezatnya akan hadiahmu, yang telah engkau kirimkan, sahabat, tanpa diminta, karena pemikiran penuh kasih sayangmu yang terhadapku. Tak terpuaskan oleh penjelasan yang telah dijelaskan dengan baik yang sudah ada, sebagaimana lautan tak dapat dipuaskan oleh awan hujan besar, engkau telah meminta agar aku menulis dan mengirimimu surat nasihat praktis tentang bagaimana mengupayakan dirimu dalam dua tahapan lebih lanjut akan kelas Tantra tertinggi, Anuttarayoga. Batin yang punya sedikit kecerdasan memang dapat mudah terisi dengan mendengarkan hanya beberapa ajaran, sebagaimana kolam kecil dapat mudah terisi oleh aliran sungai kecil. Karenanya, sangat menakjubkan bahwa batin dengan kecerdasan superior sebagaimana batinmu sangatlah luas sehingga tak dapat dipuaskan dengan penjelasan luar biasa ini.

Namun, meski mungkin benar adanya demikian, cukup lancang bahwa ada keharusan bagi seseorang sepertiku untuk memenuhi batin makhluk agung sepertimu. Aku hanya mendengar sedikit ajaran. Kecerdasanku rendah; tindakan Dharma-ku sedikit. Meski aku punya sedikit kata-kata dalam batinku, aku telah sangat lalai dalam menjalani maknanya. Namun demikian, bahkan biji dandelion, digerakkan oleh angin, dapat terbang menyaingi burung berbulu halus, meski mereka tak berdaya melakukannya sendiri. Begitu pula dengan disemangati oleh kata-katamu yang memuliakan, aku akan mencoba menawarkan sesuatu kepadamu secara singkat. 

Tumpuan pada Mentor Spiritual yang Mumpuni

Jadi, untuk orang-orang rendahan sepertiku, faktanya, kita telah menemukan landasan kerja akan kelahiran kembali sebagai manusia yang unggul, dengan seluruh waktu luang untuk belajar dan praktik Dharma. Kita, faktanya, telah bertemu dengan ajaran berharga dari para Buddha Pemenang dan faktanya, telah dirawat oleh para guru spiritual luar biasa. Dengan kesempatan seperti ini dan ketika kita punya kekuatan pikiran untuk membedakan apa yang harus diambil dan dibuang, kita jelas harus berupaya untuk memanfaatkan landasan kerja yang unggul seperti ini.

Ini, tentunya, semata-mata bergantung pada kita sendiri melibatkan diri dalam ajaran para Buddha. Namun untuk sekadar melibatkan diri kita hanya dengan mempunyai pikiran bajik saja tidaklah cukup. Entah kita sendiri harus tahu, tanpa gangguan apa pun, tahapan yang tepat untuk kita melibatkan diri dalam ajaran atau kita harus dengan pasti bertumpu pada tuntunan dari seseorang yang mengetahuinya.

Lebih lanjut, tidak sembarang guru bisa melakukannya. Ia harus terpelajar dalam sifat dasar batin jalan, terpelajar dalam jumlah pasti rinciannya, dan terpelajar dalam urutan bertahapnya dan bagaimana menyesuaikannya dengan tingkat pemahaman murid. Ia harus demikian karena jika ia salah memahami apa yang bukan merupakan batin jalan dengan yang merupakan batin jalan, atau yang merupakan batin jalan dengan yang bukan merupakan batin jalan, maka bahkan bila kita mengaktualisasikan batin jalan yang salah seperti yang telah diajarkan kepada kita, hal itu akan sia-sia. Bagaikan telah diresepi obat yang salah, pada akhirnya kita tidak akan menerima manfaat dan hanya akan dirugikan.

Namun, bahkan bila ia tahu sifat dasar batin jalan dengan baik, ini masih tidak akan efektif jika ia menambahkan tambahan tahapan yang tidak perlu atau tidak memberikannya secara menyeluruh. Karenanya, jika ia tidak tahu jumlah pasti poin-poin rinci tahapannya, maka bahkan ketika berada di arah batin jalan ini, kita tidak akan bisa berkembang dengan cara yang paling pintas. Hal ini adalah karena kita akan berjalan sembari menghilangkan hal-hal tertentu yang sudah diakui sebagai hal penting, dan akan teralihkan ke praktik-praktik tak berguna akan hal-hal yang tidak perlu.

Namun, bahkan bila ia tahu sifat dan jumlah pasti akan rincian spesifik dari batin jalan, jika ia tidak tahu poin mana yang harusnya diterapkan pada tiap tahapan dalam perkembangan batin kita seiring ia menuntun kita dari awal ke tengah ke akhir, ia akan bertindak sebagaimana contoh berikut. Anggap seorang dokter berpikir ini ada obat dan, karena ini adalah obat terbaik di antara semua obat, adalah tepat untuk meresepkannya kepada pasien mana pun untuk penyakit apa pun. Jika, dengan berpikir seperti ini ia benar-benar memberikannya kepada orang yang tidak cocok, maka karena obat ini sangat keras, bukan saja obat ini mungkin tidak membantu pasien ini, obat ini bahkan mungkin sangat merugikannya atau membunuhnya. Begitu pula, anggaplah ia berpikir ini adalah ajaran Dharma yang suci, dan, karena dari semua metode Dharma, ini adalah yang paling mendalam, mana mungkin ada kesalahan dalam mengajarkannya? Jika dengan berpikir seperti ini, ia benar-benar menuntun kita dengan cara tersebut, maka jika ia menyesuaikannya dengan tingkat pemahaman kita dan mengikuti urutan bertahapnya dari sana, hal ini akan membawa hanya manfaat. Namun, jika ia tidak menyesuaikannya dengan tingkat pemahaman kita, bukan saja hal ini tidak akan bermanfaat bagi kita, tapi hal ini juga mungkin benar-benar menyebabkan kita, karena kebingungan kita, membunuh kesempatan kita untuk mendapatkan kelahiran kembali yang lebih baik dan pembebasan. Karenanya, sungguh sangat penting baginya untuk tahu urutan bertahap ajaran dan bagaimana menyesuaikannya dengan tingkat pemahaman muridnya.

Lebih lanjut, bahkan meski ia mungkin terampil dalam poin-poin penting praktik seperti itu, namun demikian ia juga harus merupakan seseorang yang kepastiannya tentang tahapan batin jalan yang lengkap didapatkan dari pengalamannya sendiri setelah pemahamannya diluruskan dan setelah dituntun oleh makhluk suci melalui bukan sepintas, bukan pula sporadis, namun pembelajaran menyeluruh dari kitab-kitab klasik itu sendiri, sebagaimana digubah oleh para penggubah sahih sesuai standar. Karena, instruksi pribadi yang dipersingkat, tak berantakan, tentang bagaimana menuntun murid dalam jalan batin ini faktanya hanyalah apa yang telah disarikan dari kitab-kitab klasik ini.

Sebenarnya, makna dari instruksi pribadi itu sendiri adalah ini merupakan sesuatu untuk memberikan kita kepastian akan kitab-kitab klasik ini dengan lebih mudah, yang mana kitab-kitab ini sangat luas, maknanya sangat sulit untuk dipahami dan, untuk alasan yang diperlukan, mengacak urutan bertahap akan pemahaman dan praktiknya dalam penyajian ajarannya. Karena pedoman-pedoman ini telah dirangkum dengan tujuan ini, maka mengambil kitab-kitab klasik yang agung sebagai Dharma untuk diceramahkan dan instruksi pribadi yang singkat sebagai Dharma untuk dipraktikkan, dan karenanya menganggap dua hal ini sebagai tidak harmonis, adalah sama dengan tidak memahami poin penting ajaran sama sekali. Ini adalah demikian karena pembabaran kitab suci Buddha dan juga ulasan-ulasan (Indianya) terhadap makna yang ditujukan adalah–sebagaimana kita daraskan (dari “Kerangka Sutra Mahayana”, Mahāyāna-sūtrālamkāra karya Maitreya), “mendengarkan, mendebat, dan mempraktikkan dengan semangat”–hanya untuk praktik bersemangat dan ditujukan untuk menyelesaikan praktik yang demikian.

Kerangka Batin yang Memotivasi

Dengan demikian bagaimanakah kita harus memulai praktik kita? Sebagaimana telah dikatakan Nagarjuna dalam “Surat kepada Sahabat”-nya (117),

Mengapa perlu menasihatimu lagi, Yang Tiada Gentar? Nasihat paling penting yang bermanfaat adalah ini: Jinakkan batinmu! Sang Penakluk telah menyatakan, “Batin adalah akar dari segala tindakan preventif Dharma.”

Juga, sebagaimana telah dikatakan Aryadeva dalamRisalah Empat Ratus Bait”-nya (V.4),

Karena Anda tidak dapat melihat tindakan apa pun seperti pergi dan seterusnya, menjadi positif dan seterusnya kecuali melalui pikiran yang menyebabkannya, karenanya batin ditetapkan sebagai krusial bagi seluruh karma.

Karenanya, sebagaimana telah dikatakan para Arya dengan realisasi tinggi ini, ayah dan putra spiritualnya, tiada akar dari segala yang unggul dan salah selain batin. Ini adalah karena sudah pasti bahwa jalur untuk bertindak secara salah atau terlibat dalam apa yang unggul faktanya hanyalah tiga dan dari tiga ini, tubuh dan ucapan berada di bawah kendali pikiran.

Karenanya, pertama-tama sebelum praktik Dharma apa pun, sangatlah penting bagi kerangka batin kita yang memotivasi untuk menjadi kerangka yang telah kita upayakan dengan benar dan bukan yang datang dari kata-kata semata. Meski tahapan untuk mengupayakan diri kita sampai motivasi yang tepat telah dijelaskan dalam banyak cara berbeda, skema yang umumnya paling membantu untuk batin yang superior, menengah, dan semua lingkup kapasitas adalah sebagai berikut.

Pertama-tama, di tingkat awal, kita perlu secara terus-menerus menyadari kematian kita yang pasti datang dan keberadaan kita yang tidak lama di dunia. Kita juga perlu telah banyak memeditasikan dua cara dalam mana kita bisa berpindah ke kehidupan kita selanjutnya (entah naik ke salah satu keadaan kelahiran kembali lebih baik atau turun ke salah satu yang lebih buruk), berikut dengan sebab-sebabnya (tindakan kita yang membangun dan menghancurkan). Setelah mengalihkan batin kita, melalui hal tersebut, dari bergumul dengan ketertarikan kuat terhadap kehidupan ini saja, kita perlu mengembangkan sebanyak mungkin sikap untuk bergumul dengan ketertarikan kuat terhadap kebahagiaan kehidupan yang akan datang dan setelahnya.

Lalu di tingkat menengah, kita perlu telah berupaya keras dalam memikirkan kekurangan seluruh ragam keadaan kelahiran kembali akan eksistensi tak terkendali kita dan keuntungan (pencapaian pembebasan) yang damai. Setelah mengalihkan batin kita, melalui hal tersebut, dari bergumul dengan ketertarikan kuat terhadap (yang digadang-gadang) sebagai hal-hal baik dalam eksistensi samsara yang berulang secara tak terkendali, kita perlu terus-menerus mengembangkan, untuk waktu yang lama, sikap yang kuat untuk bergumul dengan ketertarikan kuat terhadap pembebasan.

Lalu berkembang ke motivasi tingkat lanjut, kita perlu telah melihat bahwa sebagaimana kita sendiri mendapat manfaat dari merasa bahagia dan disakiti oleh penderitaan, begitu pula semua makhluk yang terbatas. Melalui hal tersebut, kita perlu telah sepenuhnya mengakrabkan diri kita dengan kasih sayang, welas asih, dan tujuan bodhicitta sebagai langkah preventif. Jika kita telah melakukannya, kita akan telah memalingkan kerangka batin yang memotivasi kita sepenuhnya dari hanya berjuang dengan penuh semangat untuk tujuan kita sendiri saja, sama sekali tidak peduli tentang membawa kebahagiaan kepada makhluk yang terbatas dan melenyapkan penderitaan mereka. Setelah melakukan hal itu, kita akan telah melihat tujuan makhluk lain sebagai satu-satunya tujuan yang sangat kita inginkan (untuk diupayakan) dan akan menjadi yakin bahwa cara terunggul untuk meraih (tujuan-tujuan) ini faktanya hanyalah jika kita sendiri menjadi Buddha dan hanya ini saja. Dari sana, kita perlu mengembangkan kerangka batin yang memotivasi yang sangat kukuh akan beraspirasi untuk mencapai keadaan Buddha karena berbagai alasan tersebut.

Terkait kerangka batin bertahap ini, anggaplah (untuk praktik kita) kita telah membuat (bagi diri sendiri) suatu fondasi yang menipu akan memiliki pemahaman yang parsial, sekadar intelektual, dari formulasi lisan (akan kerangka batin tersebut) lalu telah terlibat dalam mendengarkan, memikirkan, dan memeditasikan (praktik Dharma tertentu). Kita lalu mungkin berkata, dengan banyak ucapan yang terdengar manis, bahwa “Aku melakukan ini demi kehidupanku yang selanjutnya,” atau “Aku melakukan ini karena pembebasan,” atau “Aku melakukan ini untuk kepentingan makhluk yang terbatas.” Namun, terlepas dari (klaim-klaim mulia seperti ini), kupikir cara kerja batin kita faktanya akan tidak lain daripada di mana batin tersebut bertujuan demi entah (manfaat) dalam kehidupan ini saja, atau untuk buah-buah menyenangkan tertentu dari kelahiran kembali dalam samsara yang terus berulang tak terkendali yang telah kita namai sebagai pembebasan, atau untuk tujuan (tertinggi) parsial bagi diri kita sendiri (dan bukan untuk semua makhluk). Karenanya, untuk mengembangkan kerangka batin yang memotivasi ini dengan cara yang tidak dibuat-buat, tidaklah cukup untuk sekadar mempunyai pemahaman intelektual (terhadapnya). Kita harus memeditasikan (supaya bisa membangunnya sebagai kebiasaan).

Cara Memeditasikannya

Terkait bagaimana memeditasikannya, kita perlu mengaktualisasikan (kerangka batin yang memotivasi ini) dengan mengakrabkan diri kita berulang kali dengan meditasi yang membedakan itu sendiri, dengan mana kita bermeditasi dengan membedakan, dalam banyak cara, sebab-sebab dan aspek-aspek yang terkait untuk (mengembangkan) masing-masing dari jenis (motivasi) seperti ini. (Misalnya, dengan mengamati banyak aspek dari penderitaan makhluk lain, kita dapat mengembangkan welas asih).

Terkait itu, meski berlatih bermeditasi berulang kali dengan objek fokus yang tepat dan aspek dari motivasi-motivasi ini adalah sebab utama untuk benar-benar mengembangkannya, melakukan ini saja tidaklah cukup. Di antara sesi, kita perlu membuat pengembangan kita akan hal-hal tersebut kukuh dan pasti setelah melihat pemaparan tanpa noda (dari Buddha) dan risalah-risalah (India), berikut dengan instruksi pribadi, yang telah digubah terkait topik-topik dari motivasi ini.

Lebih lanjut, kita harus mencapai inti masalah yang mencegah kita mengembangkan motivasi tersebut dengan melakukan banyak pengembangan energi positif dan membersihkan penghalang untuk melenyapkan faktor-faktor yang berlawanan dan membawa kondisi-kondisi yang kondusif untuk (mengembangkan) kerangka batin yang memotivasi tersebut.

Ketika kita telah membuat, seperti itu, faktor-faktor penyebab untuk mengembangkan motivasi ini menjadi lengkap dalam karakteristik masing-masing yang mencirikan, bukan hanya sebagian, maka untuk benar-benar mengembangkannya kita perlu pertama-tama membedakan dengan baik, dengan kesadaran membedakan yang mengindividualkan dan secara rinci, apa yang merugikan dan apa yang menguntungkan untuk mengembangkannya lalu memeditasikannya.

Ketika kita telah melakukan hal tersebut, kita lalu akan memahami dengan mendalam bahwa dengan memeditasikan berulang kali, setelah membuat objek fokus kita demikian dan demikian, aspeknya demikian dan demikian, dan cara mengambilnya dalam batin demikian dan demikian, kita akan mengembangkan jejak yang tak biasa demikian dan demikian dalam kesinambungan batin kita. Dengan melakukan ini, kita karenanya akan memperoleh kepercayaan diri dalam kemampuan kita untuk mengaktualisasi bahkan poin-poin paling subtil dari praktik ini.

Pada masa seperti ini, kita juga perlu sadar mengenai fungsi-fungsi tak lazim dari masing-masing kerangka batin yang memotivasi ini untuk menghasilkan apa yang bermanfaat dan untuk mengakhiri apa yang merugikan. Dengan kata lain, kita perlu yakin “ini” adalah apa, faktanya, masing-masing dari mereka melenyapkan apa dari kita, dan apa yang dibawa oleh (faktanya, masing-masing dari “ini” adalah apa). Lebih lanjut, dari berpikir bahwa (mengembangkan) hanya (sebagian dari) kerangka batin ini tidak cukup karena faktanya kita perlu membangkitkan keseluruhan rangkaiannya, maka secara pasti akan muncul bahwa kita tidak akan pernah meninggalkan bagian mana pun dari Dharma yang suci.

Meski kita memang perlu mengembangkan kerangka batin yang memotivasi ini di awal sesi meditasi kita, tidaklah cukup hanya mengembangkannya saat itu: kita perlu mempertahankan motivasi ini secara stabil dan terus-menerus di sepanjang sesi kita. Dan, bukan hanya itu, kita perlu berjuang untuk meningkatkannya lebih dan lebih lagi. Karenanya, anggaplah kita berpikir bahwa karena ini adalah tindakan preventif awal, tidaklah perlu mempertahankan sikap tersebut di sepanjang sesi kita dan, tidaklah perlu berupaya sepanjang waktu agar motivasi ini tidak merosot, sudah cukup bahwa kita mengirimkan motivasi ini sekali di awal permulaan sesi kita. Lebih lanjut, anggaplah kita berpikir bahwa hal-hal ini adalah yoga yang ada di sana di awal namun kemudian, bagaikan sekam dari biji-bijian, mengesampingkannya tidak akan menjadi masalah dan, setelah membuatnya menjadi sesuatu yang tidak berarti, kita berpikir untuk mengakrabkan diri kita hanya dengan praktik-praktik bagian fundamental sesungguhnya dari sesi-sesi itu sendiri. Mempunyai pemikiran seperti itu adalah sama dengan tidak memahami poin penting dari batin jalan sama sekali. Ini adalah karena ketika meditasi, kita dipisahkan dari kerangka batin yang memotivasi yang telah dijelaskan sebelumnya ini, terutama tujuan bodhicitta dengan cara yang dijelaskan di atas, maka (bahkan bila hal tersebut) telah dilakukan sebagai praktik Dharma, hal itu akan terus berlanjut sebagai hanya Dharma saja. Dan bahkan jika kita telah bermeditasi secara sempurna dengan konsentrasi terserap pada ketiadaan (kesunyataan), ini tidaklah tepat untuk dianggap sebagai praktik Mahayana. Ini telah dikatakan bukan hanya satu kali.

Karenanya, memeditasikan tujuan bodhicitta di awal sesi, dan pada akhir sesi, mengarahkan kekuatan positif dari praktik tersebut terhadap pencerahan setiap makhluk dengan gelombang doa yang besar merupakan keterampilan piawai yang luar biasa untuk menyebabkan apa yang benar-benar konstruktif yang dikembangkan selama bagian fundamental yang sesungguhnya dari sesi tersebut menjadi tepat sasaran akan tujuan yang kita niatkan dan menjadi tiada habis. Karena seperti inilah adanya, maka, tanpa terpuaskan hanya dengan apa pun yang kadang muncul dalam meditasi kita, kita perlu memastikan bahwa kita menyatukan kerangka batin kita yang memotivasi dengan kesinambungan batin kita tiap kali bermeditasi. 

BAGIAN 2: Nasihat untuk Praktik Tantra

Disiplin Diri Etis dalam Menjaga Sumpah

Anggaplah selain telah memegang, sebagai sesuatu yang dihargai, memperkuat kerangka batin yang memotivasi seperti itu – dengan kata lain, anggaplah selain memegang kerangka batin tersebut sebagai dasar dan tak pernah membiarkannya melemah, kita berniat untuk mempraktikkan dua tahap batin jalan mantra rahasia. Umumnya, kapan pun kita memasuki pintu kendaraan batin Buddhis mana pun, kita perlu menetapkan sebagai basisnya disiplin moral atas perangkat sumpahnya. Dan terlebih lagi ketika kita memasuki mantra rahasia, maka, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, karena bodhicitta adalah poin inti tertinggi bagi seluruh batin jalan Mahayana, sangatlah penting untuk kukuh dalam sumpah Bodhisattva.

Terlebih lagi, mengenai ikatan kuat dan sumpah Tantrik yang telah kita peroleh di saat kita menerima pembangkitan yang sepenuhnya murni dari guru spiritual yang berkualitas, jika kita tidak pernah meninggalkannya akibat sebab-sebab untuk meninggalkannya dan tidak pernah membiarkannya melemah akibat sebab-sebab untuk melemahkannya, ini merupakan hal yang luar biasa. Jika tidak, kita akan perlu telah menerima pembangkitan lainnya dan karenanya mengembalikan atau memulihkan ikatan kuat dan sumpah kita dan pastinya telah memurnikan diri kita dari kejatuhan sebelumnya dari sumpah akar kita dan tindakan salah kita berlawanan dari sumpah sekunder kita. Dan, setelah mengenali dengan baik akar kejatuhan dan tindakan salah yang berlawanan dengan sumpah dan ikatan kuat tambahan, kita perlu dengan pasti menahan diri kita dari merusak kesinambungannya lagi di masa depan. Lalu lebih lanjut, kita perlu berupaya untuk tidak pernah ternodai oleh kejatuhan dari akar sumpah kita lagi, dan setelah mengenali tindakan salah lanjutan lainnya yang mungkin telah muncul, kita perlu secara menyeluruh memperbaikinya (melalui empat kekuatan berlawanan).

Karenanya menurutku faktanya adalah seperti ini. Kita harus memasuki meditasi dua tahap (Anuttarayoga Tantra) dengan (sumpah Tantrik dan ikatan kuat) ini secara tak tergantikan dijadikan sebagai fondasi kita. Lebih lanjut, bahkan bila kita tidak memeditasikan dua tahapan, namun jika kita telah menerima pembangkitan, kita pasti perlu menjaganya. Karena seperti ini adanya, maka kita harus berupaya untuk mengembangkan kepastian besar dalam (hal terkait sumpah) ini. Ini adalah karena dua poin yang diungkapkan Buddha. Ia berkata bahwa setelah menerima pembangkitan, jika kita menjaga ikatan kuat dan sumpah kita dengan murni, maka bahkan bila kita tidak memeditasikan dua tahapan dalam kehidupan ini, kita masih bisa mencapai pencapaian terunggul (akan Kebuddhaan) dalam tujuh atau enam belas kehidupan dan seterusnya (dari secara sinambung menjaga sumpah). Dan Ia juga telah berkata bahwa jika, dengan menyepelekannya kita meninggalkan ikatan kuat dan sumpah yang telah kita janjikan untuk dipenuhi, maka bahkan setelah melakukan apa yang terlihat sebagai meditasi terhadap dua tahapan, kita akan jatuh ke salah satu kelahiran kembali yang lebih buruk dan karenanya tidak mencapai pencerahan.

Poin lainnya dapat terlihat dari dua pernyataan Buddha selanjutnya. Ia telah berkata bahwa jika landasan kerja kita untuk mempraktikkan mantra rahasia adalah seorang perumah-tangga, kita harus berpraktik sembari terus-menerus menjaga lima (sumpah perumah-tangga) atau, jika sebagai yang telah ditahbis, maka sembari menjaga entah dua atau tiga set (sumpah calon atau yang telah ditahbis penuh). Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa untuk menegakkan dan mempraktikkan Kendaraan Batin Vajra, yang terbaik adalah ditahbis sepenuhnya, yang terbaik selanjutnya adalah calon ditahbis, dan paling minimal adalah orang yang memegang sumpah perumah-tangga. Karenanya dapat disimpulkan dari pernyataan ini bahwa pemaparan Buddha akan pemeringkatan ini adalah atas jumlah sumpah yang harus benar-benar dijaga dan bukan sekadar dari jumlah yang dijanjikan untuk dijaga. Inilah mengapa Kamalashila mengatakan dalam Memandang Realita (de-nyid snang-ba, Skt. Tattvaloka), bahwa jika seseorang yang mempertahankan baik pembebasan pribadi maupun sumpah Bodhisattva mempraktikkan mantra (rahasia), ia akan mengaktualisasikan hasilnya dengan lebih cepat. Dalam menyatakan ini ia menekankan bahwa aktualisasi yang didapat dari telah mengambil sumpah mantra (rahasia) ketika telah menjaga sumpah Bodhisattva dan penahbisan, diraih dengan jauh lebih cepat dibandingkan dari telah menjaga hanya sumpah mantra itu sendiri.

Hal yang serupa juga berlaku untuk mengaktualisasikan batin jalan kendaraan batin (Mahayana non-tantrik) dengan sikap yang menjangkau luas (Paramitayana, Kendaraan Penyempurnaan). Aktualisasi yang diraih dengan telah mengambil sila Bodhisattva ketika telah ditahbis (di salah satu tingkatan) sesuai dengan (aturan disiplin) Vinaya adalah yang terbaik dibandingkan yang diraih dengan hanya mempertahankan sumpah Bodhisattva saja. Inilah yang dimaksud oleh Buddha ketika Beliau mengatakan dalam banyak Sutra bahwa jika dua Bodhisattva yang setara dalam segala hal kecuali bahwa salah satunya adalah perumah-tangga (tanpa sumpah pembebasan pribadi) dan yang satunya sudah ditahbis, maka yang sudah ditahbis akan lebih layak dipuji. Buddha telah dengan jelas menjelaskan semua poin-poin ini dalam pemaparannya akan sumpah-sumpah ini. Namun demikian, meski sering muncul orang-orang yang bisa menjelaskannya dengan memaparkan hanya formulasi lisannya saja, apalagi yang hanya parsial, namun ketika tiba saatnya menerapkan hal-hal ini dalam praktik pribadi, orang-orang yang melakukan demikian sangat jarang muncul. Ini masuk dalam kategori sesuatu yang sangat sulit dipahami.

Urutan yang Tepat dalam Pembangkitan dan Tahapan Lengkap Anuttarayoga Tantra

Namun demikian, ada pernyataan,

Buddha yang Cerah Sepenuhnya mengatakan kepada mereka yang akan terpancang kuat dalam tahap pembangkitan dan mereka yang akan mengharapkan tahapan lengkap yaitu metode mempraktikkan dua tahapan ini adalah bagaikan memanjat anak tangga.

Ini berarti bahwa sebagaimana kita harus bergantung pada memanjat anak tangga yang lebih rendah dalam suatu tangga untuk bisa melaju ke yang lebih tinggi, begitu pula kita harus melewati batin jalan menuju pencerahan dengan memeditasikan pembangkitan dan tahapan lengkapnya dengan urutan yang tepat. Tidaklah bisa mempraktikkannya dengan urutan pemahaman sembarang atau mengecualikan tahapan pembangkitan. Karena ini adalah apa yang dikatakan Buddha, kita harus pertama-tama memeditasikan tahapan pembangkitan.

Meski tidak ada jaminan bahwa (ketika ada di tahapan tersebut, praktiknya) akan memuluskan kejadian-kejadian tak diharapkan yang kadang menimpa kita (seperti sakit) atau membawakan kita pencapaian sebenarnya yang subtil yang kita harapkan (seperti kewaskitaan), namun merupakan sebuah fakta bahwa tahap pembangkitan dapat membawa kita pada pencapaian pencerahan tiada banding. Poin ini telah ditetapkan dengan jelas dari teks-teks Tantrik dengan otoritas kitab suci dan terbukti dengan baik oleh para guru terpelajar yang mana mereka sendiri adalah sumber-sumber yang sahih. Karenanya, kumohon kepadamu, tolong, praktikkan (pertama-tama tahap pembangkitan ini) dalam lingkaran mandala.

Di tahap ini kita juga harus melakukan tindakan membangun jaringan kekuatan positif dan kesadaran mendalam, seperti yoga makan, tidur, dan bangun dan di antara sesi menyadari dengan melihat segala hal dengan bentuk yang murni, seperti diri kita dan semua yang lain seperti sosok Buddha, lingkungan kita sebagai istana mandala, dan seterusnya. Begitu pula kita harus mendaraskan mantra yang sesuai, membuat persembahan, dan melakukan ritual kue persembahan torma. Karena kita perlu membangun kesan dari segala hal ini, faktanya, dalam kesinambungan batin kita pada keadaan yang tepat, sembari terus menyadari makna-makna poin ini dan itu, tanpa membiarkan diri kita sekadar mendaraskan kata-kata (teks ritual dan mantra secara membeo), maka kumohon kepadamu, tolong, mengapa tidak menikmati melakukan hal tersebut?

Cara Visualisasi dalam Praktik Tantra

Maka, karena sangatlah penting untuk tahu dengan baik bagaimana bermeditasi dengan konsentrasi terpusat pada diri kita sebagai sosok Buddha selama bagian fundamental sebenarnya(dari sesi kita, biarlah aku sedikit berbicara tentang bagaimana melakukannya. Akan lebih mudah untuk mengembangkan kepastian tentang bagaimana memeditasikan hal ini, faktanya, jika kita tahu sebelumnya seperti apa itu konsentrasi terpusat yang ingin telah kita kembangkan ketika kita telah selesai membiasakan diri kita memeditasikan tahapan pembangkitan. Karenanya, jika kita bertanya apa yang seharusnya telah kita kembangkan, adalah seperti ini.

Dengan bermeditasi sekarang tentang diri kita mempunyai warna tubuh, peralatan tangan, perhiasan dan pakaian dari semua sosok dari mandala yang ditopang, dan juga mempunyai seluruh rincian dari mandala kerajaan dan sekelilingnya yang ditopang–singkatnya, tentang kita mempunyai seluruh aspek-aspek warna dan bentuknya–lalu pada bagian penutup latihan kita ingin telah mengaktualisasikan diri kita muncul dengan jelas dalam meditasi kita sebagai semua ini, secara menyeluruh dan seketika, dalam suatu keadaan konsentrasi terpusat. Ini adalah meditasi terhadap mana kita perlu beraspirasi dalam tahap pembangkitan.

Karenanya, kita harus berlatih dengan pertama-tama berfokus pada satu basis fokus dari seluruh visualisasi ini. Untuk itu, jika kita berlatih dengan pertama-tama berfokus, misalnya, pada memvisualisasikan diri kita sebagai sosok utama di tengah mandala dan bertanya bagaimana berlatih, ini adalah seperti ini.

Sebenarnya, ada dua tradisi melakukan ini muncul dalam literatur. Yang satunya adalah berlatih dari tahap yang halus ke atas, dengan pertama-tama berfokus pada salah satu detil paling halus tubuh, dengan demikian mengaktualisasikan penampilannya yang jernih lalu berkembang dari sana dengan secara progresif menambah lebih banyak rincian. Yang kedua adalah berlatih dari tahap kasar tubuh ke bawah, dengan memvisualisasikan seluruh tubuh secara kasar dari awal dan secara progresif mengisi rinciannya satu demi satu. Dari kedua ini, yang pertama hanya cocok untuk beberapa orang tertentu, sementara yang terakhir, faktanya, merupakan metode yang umumnya lebih bermanfaat, karena lebih mudah dikembangkan.

Karenanya, dari dua aspek, misalnya, sosok utama, yaitu seluruh tubuh yang kasar dan rincian halusnya, pertama-tama kita perlu memvisualisasikan diri kita sebagai sosok Buddha yang lengkap, dari kepala sampai kaki, dalam bentuk yang cukup paling kasar. Ketika ini telah muncul, kita perlu mempertahankan perhatian kita terhadap hanya hal itu, tanpa pengembaraan batin. Jika bentuk umum dari tubuh sudah jelas, kita perlu mempertahankannya; dan jika bentuk umumnya tidak jelas namun beberapa bagiannya jelas, kita perlu mempertahankan perhatian kita terhadap apa pun yang jelas. Jika beberapa bagian tubuh tersebut juga telah memudar, kita perlu memvisualisasikan keseluruhan bentuk kasar umumnya sekali lagi dan mempertahankannya. Jika beberapa aspek telah muncul yang sepenuhnya tidak relevan terhadap apa yang sedang kita meditasikan, kita perlu mempertahankan batin kita hanya pada objek fokus utama tanpa mengikuti objek palsu mana pun.

Bagi pemula dalam (praktik visualisasi) ini, dikatakan bahwa jika sesi meditasinya terlalu panjang, kita tidak akan berkembang sedikit pun dengan cara yang paling langsung. Ini juga tampaknya demikian (dari pengalaman juga). Karenanya, jika kita telah bermeditasi dengan melangsungkan sebanyak mungkin sesi yang sangat pendek, pengembangan kita akan konsentrasi terpusat akan jadi tanpa cela.

Lebih lanjut, di awal, kita juga harus telah menjaga (landasan batin kita akan) kewaspadaan pengenalan dan memegangnya dengan kuat. Ini adalah karena jika kita belum melakukan meditasi kita sembari dengan hati-hati memeriksa apakah kita telah terpengaruh oleh kekuatan ketumpulan batin atau keserampangan pikiran, kita mungkin akan melewati banyak waktu dalam keadaan kacau. Karena, dengan mempertahankan (fokus kita) dalam meditasi dengan (hanya) pengenalan (kesalahan) yang paling kasar, seumur hidup kita, kita tidak akan pernah mengembangkan konsentrasi terpusat apa pun yang kita inginkan, aku mohon kepadamu, tolong, pertahankan kehati-hatian (dengan pengenalan atas kesalahan meditasional apa pun).

Konsentrasi terpusat (yang difokuskan) pada bentuk umum dari, misalnya, sosok utama mempunyai empat karakteristik yang mencirikan:

  • Kemampuan kuat untuk membuat (visualisasi) muncul (dengan jelas) entah dengan upaya keras atau mudah
  • Kapasitas untuk membuat (kemampuan visualisasi) tersebut menjangkau sepanjang (keseluruhan) sesi
  • Selama (sesi) tersebut, tidak dikalahkan oleh kekuatan entah ketumpulan batin atau keserampangan pikiran
  • Merasakan, dengan cara itu, kegembiraan menyenangkan tubuh dan batin dan (karenanya) telah berkembang menyerupai sesuatu ke arah keadaan samatha yang tetap dan tenang

Setelah kita membuat (konsentrasi terpusat seperti demikian) stabil, dengan (berfokus) pada (bentuk umum diri kita sebagai sosok utama mandala), dan juga mempertahankan batin kita pada rincian halusnya, kita perlu mengalihkan fokus kita ke (termasuk memvisualisasikan diri kita sebagai) sosok lainnya (dalam mandala juga). Namun, ketika (kita telah melakukannya), kita perlu telah memperluas (visualisasi kita) selain (basis) tidak mengendurkan fokus kita terhadap sosok (utama), terhadap mana sebelumnya kita telah (berkonsentrasi). Meski seperti demikian adanya, namun jika kita (tidak melakukannya, dan alih-alih) telah mempertahankan fokus kita pada (sosok di sekitar mandala) yang terakhir sembari mengesampingkan (fokus kita terhadap sosok sentral utama), bagaimana bisa terjadi bahwa kita bisa (membuat konsentrasi terpusat pada diri kita sendiri) muncul sebagai (semua) sosok tersebut seketika? Dengan demikian, karena tahap pembangkitan seperti itu faktanya adalah (bagian) tak terpisahkan dari pokok permasalahan tantra yang berharga dan (bagian) penting dari jalan mantra, yang telah menjadi sangat penting dan diakui luas, sangatlah penting untuk melakukan meditasinya (dengan benar).

Praktik Tahapan Lengkap

Menurut para guru terdahulu, tahapan lengkap terkenal mempunyai dua bagian: tahapan lengkap yang tak mendalam dan tahapan lengkap yang mendalam. Yang pertama dari dua hal ini muncul (dalam literaturnya) sebagai terdiri dari meditasi terhadap saluran energi, angin energi, tetesan energi kreatif, dan seterusnya. Karena demikian, praktiknya harus dicari dalam instruksi panduannya masing-masing. Yang terakhir dikenal sebagai terdiri dari meditasi tentang ketiadaan (dengan kata lain, kekosongan). Entah skema dua faktor ini bekerja bagi tahapan lengkap atau tidak dan entah meditasi ketiadaan merupakan meditasi eksklusif terhadap tahapan itu atau tidak, perlu diselidiki. Namun, bagaimana pun, skema dua faktor ini adalah seperti apa yang dipraktikkan dalam tahapan yang lengkap.

Bersambung ke BAGIAN 3

 

Diterjemahkan dari studybuddhism.com - “A Letter of Practical Advice on Sutra and Tantra”


Share: