Persiapan Biara Indonesia Tusita Vivaranacarana Vijayasraya

Persiapan


Lebih dari 2500 tahun yang lalu, Buddha Shakyamuni mengungkap kenyataan tentang kehidupan, bahwa kita sedang terombang-ambing dalam ketidakpastian, terperangkap dan menderita dalam tak terhingga banyaknya kelahiran berulang. 

Dengan kebijaksanaannya yang luar biasa, Beliau mampu menunjukkan jalan untuk terbebas dari perangkap itu. Dengan welas asihnya yang tak mengenal batas, Beliau membentuk sebuah pasamuan yang memungkinkan kita untuk fokus menapaki jalan itu demi meraih pembebasan secepat-cepatnya untuk diri kita dan semua makhluk.

Hidup sebagai anggota Sangha monastik adalah kondisi terbaik untuk mempelajari, merenungkan, dan memeditasikan Dharma. Vinaya menjadi pagar yang melindungi seorang samana dari pengalihan perhatian dan tuntutan duniawi sekaligus melipatgandakan penghimpunan kebajikan.

Kondisi luar biasa ini tentunya hanya bisa diraih dengan mengambil tanggung jawab yang luar biasa. Menjadi anggota Sangha adalah komitmen seumur hidup. Jadi, kita harus mempersiapkan batin dengan matang. Kita juga harus ingat bahwa pada akhirnya, keputusan besar ini bukanlah untuk kesenangan diri sendiri semata, melainkan demi semua makhluk yang telah berjasa bagi kita sejak waktu tak bermula.

Persiapan yang harus dilalui sebelum menjadi anggota Sangha antara lain:

Mempelajari ajaran Buddha

Landasan minimum untuk menjalani kehidupan monastik adalah penolakan terhadap samsara. Tanpa menyadari dirinya tengah terpenjara dalam siklus tumimbal-lahir dan memiliki keinginan untuk membebaskan diri, meninggalkan kehidupan duniawi untuk memasuki pasamuan Sangha tentunya adalah omong kosong belaka. Apalagi jika orang tersebut bahkan tidak pernah mempelajari Buddhadharma, tidak tahu apa yang dimaksud dengan samsara, apa yang hendak diraih seorang biksu/ni dan cara meraihnya, bagaimana mungkin ia bisa membuat komitmen seumur hidup untuk mendalami Dharma demi membebaskan diri dan semua makhluk dari penderitaan?

Pemahaman mendasar sekaligus menyeluruh terhadap ajaran Buddha bisa didapatkan dengan mempelajari Lamrim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan. Dalam kitab-kitab Lamrim, keseluruhan Buddhadharma telah dirangkum dan dikelompokkan ke dalam topik-topik urut sesuai dengan tahapan kematangan batin praktisi, dari orang biasa yang lebih mementingkan kesenangan sementara di kehidupan saat ini sampai bisa berjuang demi mempersembahkan kebahagiaan tertinggi bagi semua makhluk. Sebelum memutuskan untuk menjadi anggota Sangha, seseorang haruslah menapaki tahapan-tahapan tersebut, setidaknya sampai memiliki motivasi yang kokoh untuk keluar dari samsara.

Rekomendasi buku-buku untuk dibaca dan direnungkan:

1. Riwayat Hidup Buddha

2. Tahapan Jalan Menuju Pencerahan

Bertumpu kepada guru spiritual

Setelah memahami dengan baik bahwa Guru yang baik adalah dasar semua kebajikan, dan bahwa mengikutinya dengan benar merupakan akar dari Jalan, maka berkatilah aku agar aku dapat bertumpu padanya dengan rasa hormat yang mendalam dan berulang-ulang.

Dasar Semua Kebajikan - Je Tsongkhapa

Pembelajaran Dharma yang dilakukan secara acak tentunya tidak akan terlalu bermanfaat. Peran seorang guru spiritual amatlah penting untuk membimbing seseorang mempelajari dan mempraktikkan Dharma secara bertahap. Kotoran batin yang menjebak kita dalam samsara ibarat sakit parah dan guru spiritual adalah dokter mahir yang mampu menyembuhkan kita. Dengan mempraktikkan Dharma sesuai dengan nasihatnya, kita akan mampu mengakhiri penderitaan diri kita sendiri dan bahkan menolong makhluk lain untuk meraih keadaan yang sama.

Bagi orang yang beraspirasi untuk menjadi seorang sramana, guru spiritual yang berkualitas dapat membimbing mereka meraih realisasi penolakan samsara yang nyata setahap demi setahap. Guru jugalah yang dapat menilai kesiapan muridnya untuk menerima penahbisan.

Praktik bersama komunitas

Hidup sejalan dengan Dharma adalah satu-satunya jalan bagi siapapun yang mendambakan kebahagiaan dan ingin mengakhiri segala bentuk penderitaan, tidak terbatas pada anggota Sangha monastik saja. Seorang calon sramana haruslah senantiasa merenungkan dan memeditasikan Dharma yang telah dipelajari sesuai dengan instruksi guru spiritual serta menjadikan Dharma sebagai panduan dalam setiap pengambilan keputusan.

Praktik Dharma akan menjadi lebih mudah ketika dijalani bersama-sama dengan sahabat spiritual yang memegang nilai yang sama. Kita dapat saling mendukung, mengingatkan, dan menyemangati dalam perjuangan melampaui arus samsara. Selain itu, dengan bergabung dalam sebuah komunitas spiritual, akses terhadap pembelajaran Dharma juga akan semakin mudah, baik dalam bentuk sumber tertulis, aktivitas belajar rutin, maupun kesempatan bertukar pengalaman dengan satu sama lain.

Kadam Choeling Indonesia (KCI) adalah komunitas spiritual yang terbuka untuk siapapun yang ingin bersama-sama menapaki Tahapan Jalan Menuju Pencerahan. KCI juga menawarkan Program Pembelajaran Lamrim (PROLAM) intensif yang mencakup keseluruhan topik dalam 3,5 tahun. Peserta program ini akan dibimbing setahap demi setahap untuk memahami dan merealisasikan Dharma dan bisa membuat pilihan untuk menjadi seorang sramana ataupun praktisi perumah tangga atas dasar pola pikir yang tepat.

Mempertimbangkan penahbisan, komitmen seumur hidup

Menerima penahbisan berarti mengambil komitmen seumur hidup, bukan seperti memasuki sekolah atau pekerjaan baru yang bisa ditinggalkan kapan saja ketika ada pilihan lain yang lebih menarik. Menjadi anggota Sangha monastik juga bukanlah pelarian dari tekanan kehidupan duniawi, apalagi program pensiun ketika sudah melewati masa produktif.

Memutuskan untuk menjadi bagian dari Sangha monastik adalah keputusan besar untuk berhenti hidup demi kesenangan duniawi dan mulai mencurahkan setiap hembusan nafas demi mencapai pembebasan. Oleh karena itu, seorang calon sramana haruslah menimbang dengan matang, mendapatkan restu dari guru, menjalani setiap tahapan persiapan dengan serius, hingga akhirnya mengambil dan menjaga komitmen yang ia ambil dengan kesadaran penuh di hadapan Triratna dan semua makhluk


Share :