Yang Maha Suci Dalai Lama, Teladan Hidup Tradisi Nalanda

2022-05-20

Yang Maha Suci Dalai Lama, Teladan Hidup Tradisi Nalanda
Yang Maha Suci Dalai Lama, Teladan Hidup Tradisi Nalanda

Inovasi pemimpin spiritual Tibet, Yang Maha Suci Dalai Lama, di dunia Buddhis dan penjelajahan panjang Beliau menelusuri berbagai dimensi ilmu pengetahuan modern telah menjadikan Beliau bagian dari jajaran pemikir revolusioner yang amat langka.

Tradisi Nalanda bukanlah sebuah “agama”, itu adalah “ilmu pengetahuan batin”, sebuah pernyataan yang Beliau utarakan berulang kali dan membuat minat terhadap studi Buddhisme terus meningkat. Hal ini mengantarkan akademisi modern terbaik kepada diskursus antardisiplin sains dan Buddhisme yang berujung pada sebuah kesepahaman tentang peta pikiran dan emosi manusia.

Yang Maha Suci senantiasa menegaskan bahwa basis dari tradisi Buddhisme Tibet adalah silsilah Nalanda yang murni.

Tradisi Tibet berasal dari karya guru-guru agung dari Universitas Nalanda, termasuk Nagarjuna, Chandrakirti, Aryadewa, Shantarakshita, dan ini sepenuhnya menjelaskan mengapa di antara semua tradisi Buddhis yang amat beragam, hanya tradisi Tibet yang menerapkan sistem logika khas India dalam pembelajaran mereka.

Sejak saat itu, selama lebih dari 60 tahun, Yang Maha Suci Dalai Lama, yang sendirinya telah mendapatkan gelar doktor dalam filsafat Buddhis pada usia 24 tahun, telah mempelajari karya guru-guru agung tersebut.

Dua tahun lalu, Beliau memesan kajian ulang terhadap kitab-kitab berisi ajarang langsung dari Sang Buddha, Kangyur, ulasan ajaran-ajaran-Nya, Tengyur dalam tiga disiplin ilmu: Sains Buddhis, Filsafat Buddhis, dan agama Buddha; proyek yang sedang berlangsung ini akan menciptakan revolusi dalam hal pemahaman dan pendekatan terhadap Buddhisme.

“Ini adalah kisah sukses dan pemenuhan visi Yang Maha Suci Dalai Lama,” kata Presiden Administrasi Pusat Tibet (Central Tibetan Administration), Dr. Lobsang Sangay. “Selama lebih dari lima dekade di pengasingan, Yang Maha Suci dengan penuh semangat telah merancang kebangkitan biara-biara Buddhis tradisi Nalanda di India, wilayah Himalaya, berbagai negara Buddhis, dan di dalam wilayah Tibet.”

Sebagai ahli waris spiritual sistem logika dan pluralisme Nalanda, Yang Maha Suci kini mencurahkan seluruh sisa hidup Beliau untuk kebangkitkan tradisi pemikiran India kuno di India modern dan inti dari komitmen Beliau adalah pemikiran bahwa “moralitas sekuler di tingkat global lebih penting dibanding agama klasik”.

Tradisi Nalanda adalah Tradisi India

“Bukan hanya sudah menjadi rumah bagi tubuh fisik saya selama hampir 59 tahun, tapi pikiran saya pun penuh dengan pemikiran-pemikiran Nalanda. Saya banga menjadi siswa Tradisi Nalanda yang lain dari yang lain karena bertumpu pada penalaran dan logika. Tradisi ini diperkenalkan ke Tibet pada abad VIII oleh cendekiawan terpelajar dari Nalanda, Shantarakshita, dan kami telah melestarikannya melalui. pembelajaran ekstensif dan keras.

“Tradisi Nalanda tampaknya merupakan bentuk paling komprehensif dari ajaran Buddha yang masih tersedia hari ini. Tradisi ini menggabungkan pengetahuan tentang pikiran dan emosi yang bisa bermanfaat bagi segenap kemanusiaan.

“Dari tradisi ini, saya telah belajar tentang pandangan benar terhadap realita dan cara melatih batin dengan menghadapi emosi-emosi pengganggu. Dan di biara-biara kami, kami telah melatih sarjana-sarjana yang saya dorong untuk belajar bahasa Inggris dan Hindi agar dapat mengajar dan berpartisipasi dalam program-program pendidikan.”

Mengenai Moralitas Sekuler di Tingkat Global

“Karena budaya dan jalan hidup materialistis penuh dengan masalah dan ketidakpuasan, kita perlu menggunakan pendekatan berbeda. Saya yakin bahwa bergabungnya kearifan kuno tentang cara kerja pikiran dan emosi dengan pemikiran modern tentang pendidikan dapat berkontribusi dalam terbentuknya dunia yang lebih berwelas asih.

“Sebagai seseorang yang telah mempelajari kearifan India kuno selama enam puluh tahun terakhir, saya merasa pendidikan modern tidak cukup untuk meraih kebahagiaan sejati. Kita perlu lebih memperhatikan kearifan India kuno ini untuk memecahkan krisis emosional yang mencengkram dunia. Maka dari itu, kita harus mulai mengajarkannya sebagai mata pelajaran akademik alih-alih memperlakukannya hanya sebagai sebuah agama.

“Walau sebagian besar kearifan yang saya bicarakan bisa ditemukan dalam literatur Buddhis, ini bukan pemahaman Buddhis saja, tapi memiliki basis yang sekuler.”

Tentang Komitmen ke-4 Beliau

“Tentu saja, saya akan mendedikasikan seluruh sisa hidup saya untuk membangkitkan kembali pemahaman terhadap kearifan kuno India di negeri ini dan berusaha mempromosikannya melalui pendidikan.”

Diterjemahkan dari Tibet.net, “His Holiness the Dalai Lama: The Living Example of Nalanda Tradition


Share: