Tsonawa Sherab Sangpo: Pakar Vinaya Pitaka

2022-02-08

Guru Silsilah Vinayadhara Tsonawa Sherab Zangpo
Guru Silsilah Vinayadhara Tsonawa Sherab Zangpo

Tsonawa,
Pemegang tak terhitung kitab Vinaya,
Pembimbing mahluk hidup, Aku memohon padamu!
~Permohonan pada Guru Silsilah, Untaian Bagi Mereka Yang Beruntung

Sang Vinayadhara (Pemegang Vinaya) Tsonawa Sherab Sangpo lahir pada tahun Anjing-Besi [1310], di wilayah pegunungan Tsona, di daerah Lhokha.

Beliau menunjukkan keinginan spiritual yang kuat sejak usia sangat muda, terlihat dari setiap permainan yang dilakukannya serta melalui ketiga pintu, yaitu tubuh, ucapan, dan batinnya. Beliau sangat lembut dan mempunyai tingkat kecerdasan yang cemerlang. Namun, Beliau lahir di keluarga yang sangat sederhana. Tsonawa Sherap Sangpo kecil pun dititipkan ke kepala suku Ding (Dingpon) di Narthang, di mana Beliau menjadi seorang pengembala.

Ketika berusia delapan tahun, Beliau menyatakan akan pergi menemui gurunya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya. Menurut satu sumber, Beliau melarikan diri. Menurut sumber lainnya Beliau pergi dengan persetujuan dari pelindungnya, sang kepala suku Ding. Yang jelas, Beliau memasuki biara Nyeldrak, lalu menjadi sramanera di bawah bimbingan Geshe Sanchen yang menganugerahkannya penahbisan yang pertama dan memberikan nama Sherab Sangpo. Geshe Sanchen jugalah yang menahbiskan Beliau menjadi biksu ketika sudah cukup umur.

Sejak awal, Sherab Sangpo tidak mengalami kesulitan belajar membaca dan menulis. Beliau mampu dengan cepat memahami semua mata pelajaran dengan mudah sampai suatu saat, Beliau dianggap sebagai inkarnasi dari Tripitakadhara (Pemegang Ketiga Keranjang) Matibhadra (Lodro Senge). Beliau mengikuti Geshe Sancben yang tata kramanya patut diteladani dari segala sudut pandang, mempelajari tradisi dari Sang Pelopor Agung di bawah bimbingan Beliau, khususnya, enam risalah yang diagungkan oleh Potowa.

Setelah menjadi seorang biksu terpelajar, Tsonawa menerima ajaran dari Geshe Sanchen yang menguraikan tahapan jalan Guru Agung Atisha secara terperinci berdasarkan silsilah Shungpawa, "Mereka yang mengikuti teks filsafat". Beliau dengan penuh semangat menerapkan kedalam praktiknya hingga mendapat pengetahuan serta keahlian yang lengkap dan sempurna.

Dengan kekuatan sumpah dan kebajikannya, Beliau belajar siang dan malam. Pada siang hari, Beliau mendengarkan gurunya, dan pada malam hari, Beliau diajarilangsung oleh para pandita agung dari masa lampau yang ditemui melalui mimpi. Vinaya diturunkan secara langsung oleh Gunaprabha, Shantideva menurunkan Bodhicaryavatara, Vasubandhu menurunkan Abhidharmakosa, Dignaga menurunkan Pramanasutra, Dharmakirti menurunkan tujuh risalah Pramana, Sang Pelindung Maitreya menurunkan Abhisamayalamkara, dan Chandrakirti memberikan tantra Guhyasamaja.

Tsonawa dengan sangat teliti mengikuti tradisi Geshe Potowa dari silsilah Kadam Shungpawa dan memperoleh keyakinan yang bebas dari semua ketakutan sehingga yakin untuk mengajar. Di hadapan orang lain, Beliau tidak memperlihatkan kemampuannya yang berkaitan dengan Tantra. Namun, secara pribadi, Beliau tetap mempraktikkannya dan memperoleh hasil tertinggi. Berkat kekuatan yang diperoleh melalui realisasi tahap penyelesaian Guhyasamaja, Beliau dapat pergi ke tanah murni para Buddha di dalam mimpi. Beliau bahkan mempunyai kemampuan untuk mengemanasikan diri sehingga dapat mendengarkan berbagai ajaran yang sedang diajarkan para Buddha dan Bodhisattva di saat yang sama dengan waktu Beliau sedang mengajarkan Dharma kepada muridnya.

Kemampuan untuk menghasilkan banyak emanasi pada saat yang bersamaan diperoleh ketika memasuki tahap pertama dari sepuluh bhumi Bodhisattva, yaitu saat memahami kesunyataan langsung yang diikuti dengan batin pencerahan (bodhicitta). Pada bhumi yang pertama, seorang Arya Bodhisattva mampu menciptakan sepuluh emanasi. Pada tingkat kedua. Beliau mampu menciptakan seratus emanasi. Pada tingkat ketiga, Beliau mampu menciptakan seribu emanasi, dan seterusnya sampai pada tahap pencapaian Kebuddhaan saat kapasitas atau kualitas lainnya sudah tidak terbatas lagi

Tsonawa terutama sangat unggul dalam hal Vinaya. Beliau sudah menghafal Sutra dan berbagai ulasan yang terkait. Beliau memberikan kesan ke semua orang seakan Arya Upali telah kembali ke Tanah Bersalju. Upali adalah mantan pemangkas rambut dan salah satu dari sepuluh murid utama Sang Buddha Sakyamuni yang membacakan Vinaya pada konsili Sangha pertama.

Beliau baru menginjak usia 21 tahun saat mulai mengarang ulasannya yang termasyhur tentang Vinaya, "Sutra Lekshe Nyimai Oser" (Tsonatikka), karya dalam dua jilid yang cukup berbobot, dan ulasannya yang berisi catatan, "Dotsawai Chendrel".

Dikatakan bahwa Tsonawa telah dimohon oleh pelindung seperti Mahakala, dan secara umum, oleh Istadewata putih, pelindung berwujud wanita yang melindungi ajaran dan para praktisi, yang membuat janji untuk memberikan bantuan kepada setiap orang yang mengabdikan diri pada karya Tsonawa sebagai dasar dari pembelajarannya. Dikatakan bahwa Para Pelindung sangat menghargai Lekshe Nyimai Oser yang meskipun baru selesai ditulis, segera dibawa ke Tanah Murni sehingga Tsonawa harus menulis ulang lagi. Bagaimanapun kisahnya, yang jelas terdapat dua ulasan karya Tsonawa yang digunakan sejak saat itu sebagai materi rujukan pelajaran Vinaya oleh ketiga sekolah Tibet (Sakya, Nyingma, dan Gelug). Misalnya, Dalai Lama ke XIII memesan cetakan kayu dari kedua ulasan tersebut dan salinannya untuk didistribusikan ke setiap biksu yang belajar di Drepung, Sera, dan Ganden dengan perintah untuk dihafalkan. Selain kedua risalah tentang Vinaya yang disebutkan, Tsonawa juga menyusun beberapa hasil karya yang menjelaskan Tahapan Jalan.

Merujuk kepada Yongzin Yeshe Gyeltsen, Tsonawa parinirvana ketika berumur 72 tahun, dan menurut Dungkar Rinpoche, ketika Beliau berusia 40-an. Dungkar Rinpoche menambahkan bahwa doa permohonan yang disusun oleh kepala biara besar Trakkor, Chokyab Sangpo, menyiratkan bahwa Je Rinpoche merupakan wujud baru yang diambil oleh Tsonawa.

Yongzin Yeshe Gyeltsen and Dungkar Rinpoche keduanya setuju bahwa Tsonawa mempercayakan komunitas kepada murid utamanya, Geshe Mondrapa.

 

Sumber:

Byang-chub lam gyi rim-pa’I bla-,a bru=yud-pa’i rnam-par thar-pa rgyal bstan mdzes-pa-i rgyan mchog phul byung no bu’i phreng ba (lam rnam), karya Yongzin Yeshe Gyeltsen.

Karya asli berbahasa Inggris dikoordinasikan oleh Marie-Stella Boussemart berdasarkan petunjuk Venerable Dagpo Lama Rinpoche

Terjemahan dari Bahasa Prancis ke Inggiris kemudian ke Bahasa Indonesia oleh Tim Penerjemah di Yayasan Suvarna Dharma Chandra Loka, Bali-Indonesia

Disunting untuk kemudahan membaca oleh tim website biaralamrim.or.id


Share: