Sebelum jadi republik seperti sekarang, banyak kerajaan bercorak Buddhis di Nusantara yang meninggalkan jejak penting dalam sejarah dunia.
Seperti apa kisahnya?
Meski lebih sering dikenal sebagai kerajaan Hindu, Tarumanegara juga diduga sebagai peradaban Buddhis tertua di Nusantara.
Buktinya adalah kompleks Candi Batu Jaya, candi Buddha tradisi Mahayana dari abad III M di Karawang yang diyakini sebagai peninggalan Tarumanegara oleh para peneliti.
Selain itu, adanya komunitas Buddhis di Tarumanegara juga dilaporkan oleh Fa Hsien, seorang biksu penjelajah asal Tiongkok abad V M yang mencatat perjalanannya ke berbagai situs Buddhis.
Didirikan oleh Dapunta Hyang sekitar abad VII M, Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim bercorak Buddhis yang diyakini sebagai salah satu kerajaan paling berpengaruh di Nusantara. Tak hanya itu, Sriwijaya ini juga berperan penting dalam sejarah Buddhisme dunia!
Pada masa ini, selain menjadi pusat perdagangan mancanegara, Sriwijaya juga menjadi salah satu pusat perkembangan Buddhadharma dunia.
Berdasarkan catatan Yi Jing dari Cina, biksu asal Cina yang hendak belajar di India dianjurkan singgah di Sriwijaya untuk mempelajari bahasa dan etika.
Dalam prasasti yang ditemukan di Nalanda, biara universitas Buddhis tertua di dunia, raja Sriwijaya memberikan sumbangan untuk membangun asrama bagi biksu pelajar asal Indonesia di kompleks Nalanda. Reruntuhannya masih bisa kita kunjungi sekarang.
Salah satu “pelajar” yang datang ke Nusantara dari India adalah Guru Atiśa, salah satu pandit besar Nalanda dan kepala Biara Universita Vikramasila di India. Guru Beliau adalah Guru Suwarnadwipa Dharmakirti (B.Tibet: Lama Serlingpa), keturunan Wangsa Śailendra–wangsa yang mendirikan Candi Borobudur di Jawa Tengah serta melahirkan raja-raja Sriwijaya.
Saat itu, Guru Suwarnadwipa adalah satu-satunya pemegang silsilah ajaran tentang metode membangkitkan bodhicitta, tekad menjadi Buddha atas dasar welas asih kepada semua makhluk. Ajaran ini diwarisi oleh Guru Atiśa yang kemudian melestarikannya di Tibet melalui karyanya yang menjadi cikal-bakal Lamrim, yaitu Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan (Bodhipathapradīpa).
Nalanda & Sriwijaya, Sejarah Bukan Dongeng
“Ini pesan Dapunta Hyang: Semua yang ditanam di sini; nyiur, pinang, enau, rumbia dan lain-lain yang (berupa) pohon, dimakan buahnya, serta aur, buluh betung dan yang semacam itu. Demikian pula taman-taman lainnya dengan sebat telaga; semuanya yang dibuat, semua perbuatan baik, dimaksud untuk kebahagiaan semua makhluk yang ber'gerak dan tidak bergerak.”
-Isi Prasasti Talang Tuo tentang pembangunan taman oleh raja Sriwijaya
Sejalan dengan ajaran yang menitikberatkan pada bodhicitta, terdapat bukti sejarah yang menunjukkan bahwa raja Sriwijaya memiliki aspirasi Mahayana dan memerintah dengan mementingkan semua makhluk.
Kecenderungan orang Indonesia untuk menjunjung sikap ramah-tamah, saling peduli, dan bertoleransi juga bisa jadi berkaitan dengan ajaran ini.
Selain Tarumanegara dan Sriwijaya, Majapahit juga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki peninggalan bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Seperti Indonesia yang ideal di masa kini, umat Buddha hidup berdampingan dengan agama-agama lain di kerajaan yang menyatukan hampir seluruh wilayah Nusantara ini.
Salah satu warisan Buddhis terpenting dari era Majapahit adalah Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Kitab ini merupakan gubahan yang disusun berdasarkan salah satu kisah kelahiran lampau Buddha (Jataka) saat masih menyempurnakan sifat-sifat luhur/paramita.
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan ekspresi ajaran tentang kesalingbergantungan yang diajarkan sang Buddha dalam kitab Sutasoma yang kemudian dijadikan semboyan Republik Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika Warisan Buddhis Indonesia
Buddhadharma diwariskan dari Buddha Sakyamuni kepada murid-muridnya, kepada para pandit di India, hingga kepada leluhur bangsa kita yang hidup di masa kerajaan-kerajaan Buddhis Nusantara dahulu kala.
Silsilah yang diwarisi Biara pun dapat dilacak asal-usulnya, dari Guru Suwarnadwipa Dharmakirti ke Guru Atiśa, lalu berkembang di Tibet dari murid-murid Guru Atiśa, terus hingga Je Tsongkhapa, turun-temurun sampai ke Guru Dagpo Rinpoche, lalu sampai ke Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya melalui Kepala Biara Y.M. Biksu Bhadra Ruci dan para anggota Sangha.
Nah bagaimana kelanjutan cerita tentang Guru Atisha yang membawa ajaran Buddha (khususnya Bodhicita) dari Indonesia ke Tibet?
Nantikan Bagian 2 untuk mengetahui kelanjutan cerita tentang
Peradaban Buddhis di Nusantara
Sumber:
citarum.bappenas.go.id - "Batu Jaya - Satu Lagi Bukti Peradaban di Muara Citarum"
Kompas.com - "Prasasti Nalanda: Lokasi Penemuan, Isi, dan Maknanya"
kebudayaan.kemdikbud.id - "Sriwijaya dan Nalanda: Hubungan Damai Dijembatani Agama"
Lamrimnesia.org - "Nalanda & Sriwijaya, Sejarah Bukan Dongeng"
“Prasasti Talang Tuo: Lokasi Penemuan, Isi, dan Maknanya” - Kompas.com
Kompas.com - "Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika"
Lamrimnesia.org - "Bhinneka Tunggal Ika Warisan Buddhis Indonesia"