Chokor Duchen, Perayaan Asadha tradisi Tibet di Biara

2023-07-22

Chokor Duchen Asadha 2023
Chokor Duchen Asadha 2023

Setelah Sang Buddha mencapai Pencerahan, ajaran Dharma tidak serta-merta langsung diajarkan. Akan tetapi setelah 7 minggu, berkat permohonan dari Dewa Brahma Sahampati dan Indra, maka Sang Buddha pun mulai mengajarkan Dharma. Peristiwa ini di kemudian hari diperingati sebagai Hari Asadha, atau Chokor Duchen jika berdasarkan tradisi dan penanggalan Tibet.

Dalam memperingati hari Chokor Duchen 2023, sangha monastik dan umat awam Kadam Choeling Indonesia bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan bajik di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya pada Jumat malam (21/7). Hal ini karena pada hari Chokor Duchen, dipercaya bahwa kebajikan akan dilipatgandakan sebanyak seratus juta kali lipat. Dengan melakukan serangkaian kegiatan bajik ini, berarti menghimpun kebajikan yang tiada terkira besarnya. 

Enam Praktik Pendahuluan Chokor Duchen 2023

Khidmatnya Puja Jorchoy di Biara

Dalam membuka rangkaian kebajikan memperingati Chokor Duchen ini, Sangha Monastik dan perumah tangga Kadam Choeling Indonesia yang sedang berada di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya melakukan Enam Praktik Pendahuluan yang dimulai dengan membersihkan ruangan dan mempersiapkan altar. Enam Praktik Pendahuluan merupakan salah satu tradisi puja yang erat kaitannya dengan Nusantara di mana praktik ini juga dilakukan oleh masyarakat Buddhis di Nusantara zaman dahulu. 

Berbagai persembahan pun disusun dengan rapi di atas altar. Persembahan-persembahan ini berupa bunga, buah, minuman, dan makanan yang dipersembahkan oleh para donatur Chokor Duchen 2023 di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.

Khidmatnya Puja Jorchoy di Biara

Para peserta perayaan Chokor Duchen di Biara pun mengambil tempat duduk dan membangkitkan motivasi dan Puja Jorchoy yang di dalamnya juga berisi praktik mengundang dan memvisualisasikan Ladang Kebajikan, Doa Tujuh Bagian dan persembahan mandala. Setelah itu juga dihaturkan pujian kepada Buddha Shakyamuni. 

Pembacaan Pujian kepada Pratītyasamutpāda

Setelah melakukan puja, peringatan Chokor Duchen di Biara Indonesia kali ini juga dilakukan pembacaan Pujian kepada Pratītyasamutpāda - Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan (Tibet:  རྟེན་འབྲེལ་, tendrel du jungwa) karya Yang Mulia Je Tsongkhapa. Pembacaan teks ini dalam memperingati Chokor Duchen sangatlah penting. Karena di antara semua ajaran Buddha, topik terkait  Pratītyasamutpāda merupakan ajaran yang bisa dikatakan sebagai inti ajaran Buddha.

Pembacaan Pujian kepada Pratītyasamutpāda

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Guru Nagarjuna:

“Di dalam gudang ajaran Buddha, 12 Mata Rantai adalah harta karun yang paling berharga dari semuanya.”

Oleh karena itu, memperingati pemutaran Roda Dharma menjadi momentum yang sangat baik ketika kita juga membaca dan merenungkan Pratītyasamutpāda. Karena pada akhirnya, semua ajaran Sang Buddha akan berhubungan dengan topik Pratītyasamutpāda ini.

Pembabaran Dharma tentang Empat Kebenaran Arya

Peringatan Chokor Duchen pun dilanjutkan dengan pembabaran Dharma dari Geshe Lobsang Palbar-lag terkait topik Empat Kebenaran Arya. Ajaran mengenai Empat Kebenaran Arya ini merupakan ajaran pertama yang diputar oleh Sang Buddha di Taman Rusa kepada lima pertapa. Kita bisa menjumpai ajaran ini dalam Dhammacakkappavattana Sutta yang merupakan Khotbah tentang Pemutaran Roda Dharma.

Pengajaran Dharma oleh Geshe Lobsang Palbar Lag

Empat Kebenaran Arya sendiri berisi tentang:

  1. Kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha)
  2. Kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
  3. Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
  4. Kebenaran tentang jalan berunsur delapan menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga)

Topik ini juga sangat penting untuk direnungkan. Karena topik ini menjelaskan secara runut mengenai fakta adanya penderitaan dan sebab-sebabnya, serta ada hal yang bisa menghilangkannya yakni jalan berunsur delapan.

Pengajaran Dharma oleh Geshe Lobsang Palbar Lag
 

Pembacaan Abhisamayālaṅkāra

Teks Abhisamayālaṅkāra merupakan salah satu dari 5 risalah agung yang dipelajari di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya. Teks ini merupakan karya Asanga yang berasal dari Maitreya. Teks ini merupakan teks yang sangat penting di Indonesia. Teks ini pernah diajarkan oleh Guru Swarnadwipa Dharmakirti dari Kerajaan Sriwijaya kepada Guru Atisha dari India dan kemudian diteruskan kembali di Tibet. Walau sempat menghilang, ajaran ini kembali dilafalkan, dipelajari, direnungkan, dan dimeditasikan kembali di Indonesia.

Pembacaan Abhisayalamkara

Pembacaan Abhisayalamkara


Pembacaan Doa Arya Maitreya (Jampei Moenlam)

Perayaan ini kemudian ditutup dengan pembacaan Jampei Moenlam yang merupakan doa kepada Arya Maitreya yang merupakan calon Buddha yang akan muncul di masa mendatang. Doa ini berasal dari sutra Arya Maitripranidhanaraja yang berisi berbagai dedikasi terkait praktik enam paramita yang harus ditempuh seorang Bodhisattva.

Pembacaan Abhisayalamkara

Demikianlah serangkai kegiatan bajik yang dilakukan di Biara Indonesia untuk memperingati Hari Pemutaran Roda Dharma Chokor Duchen atau Hari Asadha. Marilah kita turut bermudita cita atas berbagai kebajikan yang telah dikumpulkan ini. Semoga ajaran Buddha semakin berkembang pesat di negeri ini.


Share: