Setelah Sang Buddha mencapai Pencerahan, ajaran Dharma tidak serta-merta langsung diajarkan. Akan tetapi setelah 7 minggu, berkat permohonan dari Dewa Brahma Sahampati dan Indra, maka Sang Buddha pun mulai mengajarkan Dharma. Peristiwa ini di kemudian hari diperingati sebagai Hari Asadha, atau Chokor Duchen jika berdasarkan tradisi dan penanggalan Tibet.
Dalam memperingati hari Chokor Duchen 2023, sangha monastik dan umat awam Kadam Choeling Indonesia bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan bajik di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya pada Jumat malam (21/7). Hal ini karena pada hari Chokor Duchen, dipercaya bahwa kebajikan akan dilipatgandakan sebanyak seratus juta kali lipat. Dengan melakukan serangkaian kegiatan bajik ini, berarti menghimpun kebajikan yang tiada terkira besarnya.
Dalam membuka rangkaian kebajikan memperingati Chokor Duchen ini, Sangha Monastik dan perumah tangga Kadam Choeling Indonesia yang sedang berada di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya melakukan Enam Praktik Pendahuluan yang dimulai dengan membersihkan ruangan dan mempersiapkan altar. Enam Praktik Pendahuluan merupakan salah satu tradisi puja yang erat kaitannya dengan Nusantara di mana praktik ini juga dilakukan oleh masyarakat Buddhis di Nusantara zaman dahulu.
Berbagai persembahan pun disusun dengan rapi di atas altar. Persembahan-persembahan ini berupa bunga, buah, minuman, dan makanan yang dipersembahkan oleh para donatur Chokor Duchen 2023 di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.
Para peserta perayaan Chokor Duchen di Biara pun mengambil tempat duduk dan membangkitkan motivasi dan Puja Jorchoy yang di dalamnya juga berisi praktik mengundang dan memvisualisasikan Ladang Kebajikan, Doa Tujuh Bagian dan persembahan mandala. Setelah itu juga dihaturkan pujian kepada Buddha Shakyamuni.
Setelah melakukan puja, peringatan Chokor Duchen di Biara Indonesia kali ini juga dilakukan pembacaan Pujian kepada Pratītyasamutpāda - Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan (Tibet: རྟེན་འབྲེལ་, tendrel du jungwa) karya Yang Mulia Je Tsongkhapa. Pembacaan teks ini dalam memperingati Chokor Duchen sangatlah penting. Karena di antara semua ajaran Buddha, topik terkait Pratītyasamutpāda merupakan ajaran yang bisa dikatakan sebagai inti ajaran Buddha.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Guru Nagarjuna:
“Di dalam gudang ajaran Buddha, 12 Mata Rantai adalah harta karun yang paling berharga dari semuanya.”
Oleh karena itu, memperingati pemutaran Roda Dharma menjadi momentum yang sangat baik ketika kita juga membaca dan merenungkan Pratītyasamutpāda. Karena pada akhirnya, semua ajaran Sang Buddha akan berhubungan dengan topik Pratītyasamutpāda ini.
Peringatan Chokor Duchen pun dilanjutkan dengan pembabaran Dharma dari Geshe Lobsang Palbar-lag terkait topik Empat Kebenaran Arya. Ajaran mengenai Empat Kebenaran Arya ini merupakan ajaran pertama yang diputar oleh Sang Buddha di Taman Rusa kepada lima pertapa. Kita bisa menjumpai ajaran ini dalam Dhammacakkappavattana Sutta yang merupakan Khotbah tentang Pemutaran Roda Dharma.
Empat Kebenaran Arya sendiri berisi tentang:
Topik ini juga sangat penting untuk direnungkan. Karena topik ini menjelaskan secara runut mengenai fakta adanya penderitaan dan sebab-sebabnya, serta ada hal yang bisa menghilangkannya yakni jalan berunsur delapan.
Teks Abhisamayālaṅkāra merupakan salah satu dari 5 risalah agung yang dipelajari di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya. Teks ini merupakan karya Asanga yang berasal dari Maitreya. Teks ini merupakan teks yang sangat penting di Indonesia. Teks ini pernah diajarkan oleh Guru Swarnadwipa Dharmakirti dari Kerajaan Sriwijaya kepada Guru Atisha dari India dan kemudian diteruskan kembali di Tibet. Walau sempat menghilang, ajaran ini kembali dilafalkan, dipelajari, direnungkan, dan dimeditasikan kembali di Indonesia.
Perayaan ini kemudian ditutup dengan pembacaan Jampei Moenlam yang merupakan doa kepada Arya Maitreya yang merupakan calon Buddha yang akan muncul di masa mendatang. Doa ini berasal dari sutra Arya Maitripranidhanaraja yang berisi berbagai dedikasi terkait praktik enam paramita yang harus ditempuh seorang Bodhisattva.
Demikianlah serangkai kegiatan bajik yang dilakukan di Biara Indonesia untuk memperingati Hari Pemutaran Roda Dharma Chokor Duchen atau Hari Asadha. Marilah kita turut bermudita cita atas berbagai kebajikan yang telah dikumpulkan ini. Semoga ajaran Buddha semakin berkembang pesat di negeri ini.