Setiap orang pasti mengalami tantangan dalam hidup, dan ini adalah kenyataan yang tidak bisa disangkal. Kita mungkin beralasan, "Masalah ini hanya karena aku miskin." Namun, bahkan mereka yang tampak sangat kaya pun menghadapi berbagai tantangan, baik dalam hubungan, spiritualitas, atau kesehatan mental seperti kehilangan rasa percaya diri akibat ketakutan akan pengkhianatan. Kita mungkin berpikir bahwa masalah tersebut muncul karena mereka tidak mempraktikkan Dharma. Namun, siapa yang mengatakan bahwa praktisi Dharma bebas dari tantangan? Bahkan sebelum mencapai pencerahan, seseorang bisa menghadapi berbagai rintangan, seperti Pangeran Siddharta yang diserang oleh segerombolan mara sebelum mencapai Kebuddhaan.
Masalah pada dasarnya adalah manifestasi dari halangan yang timbul dari karma buruk di masa lalu. Selama kita belum mencapai pencerahan, kita akan terus menghadapi berbagai rintangan, baik yang berasal dari dalam diri kita sendiri seperti kebodohan, kemalasan, dan keragu-raguan, maupun dari luar seperti bencana alam, perlakuan buruk dari orang lain, atau kecelakaan. Semua rintangan ini adalah hasil dari ketidakbajikan kita dan akan terus ada sampai kita mencapai pencerahan.
Namun, kabar baiknya adalah kita masih dapat mencegah benih ketidakbajikan ini berkembang menjadi masalah besar dalam hidup kita. Karena setelah benih itu berbuah, bahkan seorang arahat pun tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi, bagaimana caranya?
Pūrvaṅgama (Tib. Ngondro) adalah praktik mendalam bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri dengan serius dalam menapaki jalan Dharma dan mencapai pencerahan. Praktik Pūrvaṅgama bertujuan untuk menghilangkan berbagai rintangan yang menghambat pencapaian tujuan kita. Dengan mengatasi rintangan-rintangan ini, kita akan lebih mudah melakukan tindakan bajik yang membawa kebahagiaan besar. Salah satu praktik Pūrvaṅgama yang terbukti efektif dalam mengatasi berbagai rintangan adalah praktik membuat 100.000 stupika.
Stupika (Tib.: Tsa-tsa) merupakan satu bentuk kerajinan pembuatan arca Buddhis tradisional yang berasal dari kerajaan Buddhis di wilayah pegunungan Himalaya. Di Indonesia sendiri, tradisi membuat stupika diduga sudah dikenal sejak abad VIII. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan stupika di dalam stupa dan candi-candi Buddhis. Stupika sendiri biasanya dibuat dari bahan tanah liat atau batu.
Lalu, kenapa orang-orang membuat stupika?
Pada prinsipnya pembuatan Stupika adalah sama dengan pembuatan arca Buddha atau penggandaan arca Buddha. Kebajikan besar akan diperoleh bagi yang telah membuat arca Buddha seperti yang dikatakan dalam Kitab Siksasamuccaya, antara lain dapat menghimpun banyak kebajikan dan menghapuskan banyak karma negatif. Pada kehidupan berikutnya akan memiliki tubuh fisik yang sempurna dan rupawan, umur yang panjang, reputasi yang baik, kekayaan yang berjumlah sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan air di seluruh sungai serta samudera di keempat penjuru, dan sebagainya.
Buku yang bisa dipelajari:
Manfaat membuat stupika:
Manfaat dari membuat stupika meliputi:
Setelah mengetahui besarnya manfaat dari membuat stupika, sekarang kamu bisa berpartisipasi mengikuti program pengumpulan kebajikan dan purifikasi secara intensif dalam program Punyasancita Pūrvaṅgama di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya.
Punya Sancita merupakan program pengumpulan kebajikan dan purifikasi intensif di Biara. Program ini terbuka untuk semua orang yang membutuhkan keadaan yang kondusif untuk berjuang mengembangkan batin.
Waktu kegiatan: dibuka sepanjang tahun (minimal 1 minggu)
Biaya keikutsertaan:
Biaya ini mencakup: akomodasi, konsumsi 3x/hari, laundry, operasional Puṇya Sañcita, donasi biara, subsidi untuk peserta yang membutuhkan.
*Apabila mengalami kesulitan biaya, anggota SAyS dapat mengajukan subsidi.
**Biaya tidak termasuk transportasi dari kota asal ke Biara.
Informasi lebih lanjut, hubungi: Sandry (+62 831-9810-7269)
Jadwal Kegiatan*:
Waktu |
Kegiatan |
06.00-07.00 |
Puja pagi |
07.00-08.00 |
Sesi 1 (1 jam) |
08.00-09.00 |
Sarapan |
09.00-12.00 |
Sesi 2 (3 jam) |
12.00-14.00 |
Makan siang |
14.00-17.00 |
Sesi 3 (3 jam) |
17.00-18.00 |
Puja sore |
18.00-20.00 |
Makan Malam |
20.00-21.00 |
Sesi 4 (1 jam) |
*Jadwal dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta
Estimasi Pūrvaṅgama Stupika:
Per jam
1 jam = 100 arca Buddha
Per hari
1 hari = 8 jam pengumpulan kebajikan
1 hari = 100 arca x 8 jam = 800 arca
Per minggu
1 minggu = 800 arca x 7 hari = 5.600 arca
Total waktu yang dibutuhkan = 100.000 / 5.600 = 18 minggu = 4–5 bulan