Semenjak pandemi yang mulai merebak di awal tahun 2020, tak terhitung sesi pembabaran dharma yang ditayangkan melalui siaran internet dan dipancarkan ke jutaan pemirsa. Tak terkecuali sesi nasihat-nasihat penyejuk batin yang bermanfaat bersama tokoh spiritual buddhis terpenting di muka bumi, yaitu Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14.
Tak pelak, Yang Maha Suci Dalai Lama ke-14 adalah sosok berpengaruh bagi praktisi buddhis abad ke-21. Beliau senantiasa mendorong para pendengarnya untuk menganalisis dan memeriksa setiap ujaran Buddha dengan menerapkan keyakinan berdasarkan penalaran. Guru agung ini bahkan dengan sepenuh hati menyerukan bahwa doa-doa belaka sudah tidak cukup lagi menghadapi tantangan zaman. Dengan gagah berani, beliau maju di garis terdepan pertempuran menghadapi kebodohan batin dan cengkeraman akan aku.
Dalam pesan terbaru yang disebarluaskan melalui berbagai mimbar digital, sesuatu yang telah dipraktikkan bertahun-tahun oleh institusi yang menaunginya, jauh-jauh hari sebelum pasar rame digital yang marak belakangan ini, Yang Maha Suci menekankan pentingnya aktivitas studi dan belajar. Beliau bahkan berbagi bait-bait esensial yang menjadi praktik pribadinya, antara lain dari Mulamadhyamaka-karika dan Madhyamakavatara.
Hampir terisak karena semangat bercampur haru, Yang Maha Suci bahkan menyatakan bahwa kata-katanya adalah hasil dari doa aspirasi dari kehidupan lampau, yang disampaikan kepada siapa pun yang memiliki ikatan karma dengan dirinya. Sedemikian luas dan mendalam, namun sekaligus sangat dekat dan personal, itulah kesan dari pesan Yang Maha Suci kali ini.
Berikut adalah transkrip lengkap pesan Yang Maha Suci Dalai Lama XIV untuk peringatan Waisak tahun 2022:
******
Wahai para Sahabat Dharma,
Pertama-tama saya ucapkan semoga senantiasa sehat sejahtera. Tashi Delek! Hari ini kita memperingati Hari Saka Dawa (Waisak). Waisak adalah momen peringatan ketika Buddha mencapai penerangan sempurna setelah melalui enam tahun praktik pertapaan. Berdasarkan pengalaman spiritualnya sendiri, Sang Begawan menyatakan,
Wahai para biksu dan kaum terpelajar,
Sama halnya emas diuji dengan cara dipanaskan, dipotong, dan digosok-gosokkan,
Dengan cara yang sama, engkau seharusnya memeriksa kata-kataku secara menyeluruh, barulah kemudian menerimanya, bukan semata-mata atas dasar rasa hormat kepadaku.
Ini sesungguhnya menyingkap kualitas istimewa seorang Buddha. Buddha mengatakan bahwa para pengikutnya seharusnya memeriksa ajarannya laksana orang-orang yang mengecek keaslian emas. Saya pribadi menghormati semua tradisi ajaran. Semuanya sangat baik sekali, karena semuanya mengajarkan welas asih. Tentu saja ini merupakan hal yang amat sangat baik sekali. Akan tetapi, hanya Buddha satu-satunya yang mendorong agar memeriksa ajarannya laksana memeriksa emas. Saya rasa mungkin tradisi lain tidak ada yang mengatakan demikian. Hanya kata-kata Buddha sendirilah yang secara khusus mengatakannya.
Petunjuk khusus dari Buddha selanjutnya adalah:
Sang Muni tidak mencuci kejahatan dengan air
Tangan mereka tidak menghilangkan penderitaan para makhluk
Pengetahuan mereka juga tidak dapat dipindahkan ke orang lain
Mereka membebaskan dengan cara mengajarkan Dharma sejati
Demikianlah Sang Begawan, Yang Tercerahkan, yang sifat dasarnya adalah sepenuhnya welas asih agung, mengatakan bahwa beliau tidak bisa semata-mata mentransfer pencapaian spiritual dan realisasinya kepada para siswa-siswanya dan kepada semua makhluk, walaupun berdasarkan cinta kasih agung yang sedemikian besarnya. Ini bukanlah caranya. Adalah para siswa yang harus menumbuh-kembangkan realisasinya sendiri dengan cara merenungkan kebenaran akan kesunyataan, sebagaimana dijelaskan oleh Buddha dalam ajarannya. Oleh sebab itu, saya benar-benar merasa bahwa Ketiga Pemutaran Roda Dharma oleh Buddha amat sangat penting. Pemutaran Roda Dharma Pertama mengajarkan Empat Kebenaran Arya, kebenaran tentang dukkha, kebenaran tentang asal mula dukkha, kebenaran tentang terhentinya dukkha, dan kebenaran tentang jalan menghentikan dukkha. Demikianlah Pemutaran Roda Dharma pertama sedemikian pentingnya mengungkapkan keempat kebenaran ini. Sesungguhnya inilah kerangka mendasar yang melandasi keseluruhan ajaran Buddha.
Jika kita lanjut mencermati terkait kebenaran tentang asal-mula dukkha, tentu akan muncul sebuah pertanyaan, ‘Dari mana munculnya penderitaan ini semua?’ Kalau direnungkan, tentu akan muncul pertanyaan demikian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus bisa mencermati sifat dasar batin yang sesungguhnya. Kita telah mempelajari bahwa semua klesha seperti nafsu kemelekatan, kebencian, dan kebodohan batin, semuanya berakar pada kebodohan yang mencengkeram adanya eksistensi yang bisa berdiri sendiri, atau mencengkeram adanya ‘aku’. Atas dasar ini pulalah, Sang Begawan mengajarkan Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan di Puncak Gunung Nazar. Beliau membabarkan empat jenis kesunyataan sebagaimana tercantum di dalam Sutra Hati, yaitu:
Rupa adalah sunyata,
Sunyata adalah rupa.
Tanpa rupa, tidak ada sunyata,
Tanpa sunyata, tidak ada rupa.
Penawar terkuat bagi cengkeraman adanya eksistensi berdiri sendiri atau aku adalah kebijaksanaan yang merealisasikan bahwa segala sesuatu tidak mengandung eksistensi yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, di Pemutaran Roda Dharma Pertama, ketika diajarkan kebenaran tentang terhentinya dukkha, tentu saja ini sesuatu yang memang bisa tercapai. Kita perlu mengetahui apakah memang ada penawar untuk mengatasi cengkeraman akan adanya aku. Kita perlu memeriksa apakah penawarnya memang ada atau tidak. Kalau memang ada, kita perlu memeriksa apakah kita bisa memeditasikannya untuk bisa merealisasikannya. Bila memang bisa, maka cengkeraman akan adanya aku tentu bisa diatasi. Dengan demikian, sesungguhnya ini sangat ilmiah. Ajaran Buddha sangat ilmiah.
Buddha memutarkan Roda Dharma untuk mengajarkan Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan di Puncak Gunung Nazar. Pemutaran Roda Dharma ini mengajarkan bahwa segala sesuatu tidak memiliki eksistensi sejati yang bisa berdiri sendiri. Akan tetapi, ajaran ini bagi sebagian siswa sulit untuk dipahami. Oleh sebab itu, demi menyesuaikan ajaran ini agar bisa dipahami oleh siswa-siswa yang kesulitan, dengan kata lain disesuaikan dengan tingkat pemahamannya, Buddha juga mengajarkan bahwa segala sesuatu bisa diidentifikasi dengan batin. Ajaran ini memungkinkan para siswa memahami nondualitas antara objek dengan subjek, ketimbang menjelaskan bahwa segala sesuatu yang tampak di batin kita sebenarnya sekadar penampakan akan adanya eksistensi yang inheren. Ini semua membuktikan betapa dalamnya ajaran Buddha bila ditinjau dari aspek falsafahnya.
Secara pribadi, saya hanyalah seorang biksu buddhis sederhana yang mengikuti tradisi Buddha. Setiap pagi ketika bangun dari tidur, saya melafalkan Pujian kepada Kesalingbergantungan, lalu merenungkan sifat dasar segala sesuatu yang memang saling bergantung satu sama lainnya. Lalu saya merenungkan batin pencerahan (Bodhicitta). Saya mempraktikkannya setiap hari. Saya merasa ini benar-benar bermanfaat bagi batin saya.
Ketika Anda mempelajari kitab ulasan oleh Yang Agung Nagarjuna terkait Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan, yakni Mulamadhyamaka-karika, sudah barang tentu Anda akan takjub dengan penjelasannya. Semakin dalam pemahaman Anda akan sunyata, maka semakin besar welas asih yang Anda rasakan kepada makhluk yang masih terjebak dalam kemelekatan dan kemarahan tanpa menyadari prinsip sunyata. Pada akhirnya, Anda akan membangkitkan welas asih yang kuat untuk menolong para makhluk agar bisa mengatasi kebodohan batin terkait kebenaran sejati, bukan begitu? Demikianlah, pemahaman ini luar biasa bermanfaat. Janganlah berpuas diri sekadar mengagumi Buddha selaku sosok agung yang sepenuhnya suci. Tentu saja kita tahu ada dua belas aktivitas agung tercerahkan oleh Buddha, antara lain Beliau selaku pelindung Tushita, dan seterusnya. Tradisi lain juga mengajarkan kisah-kisah terkait sosok perintis dan pendiri ajarannya. Akan tetapi, secara khusus, merenungkan kualitas ucapan seorang perintis agung ajaran, yakni secara khusus memeriksa kata-kata ajarannya, ini adalah nasihat khusus yang hanya bisa ditemukan dalam ajaran Buddha.
Semakin Anda memeriksa ajarannya, dengan logika dan penalaran, maka ajarannya akan semakin jelas dipahami dalam batin Anda. Secara khusus, ini bermanfaat untuk melemahkan cengkeraman eksistensi adanya aku yang dipegang oleh batin kita sendiri. Ada sebuah bait dari Madhyamakavatara oleh Acarya Chandrakirti yang setiap hari saya renungkan:
Disinari berkas-berkas cahaya kebijaksanaan,
Bodhisatwa melihatnya sejelas buah malaka di telapak tangan terbuka
Bahwa ketiga alam secara keseluruhan tak dilahirkan sejak mulanya, dan melalui kekuatan kebenaran konvensional,
Ia menempuh perjalanan menuju terhentinya dukkha.
Walaupun batinnya menetap terus dalam terhentinya dukkha, ia juga membangkitkan welas asih kepada makhluk yang tak memiliki perlindungan. Melangkah lebih jauh, dengan kebijaksanaannya ia akan bersinar cemerlang melampaui para praktisi yang lahir dari ucapan Buddha dan para Buddha menengah.
Dan laksana raja para angsa terbang tinggi melampaui angsa-angsa mahir lainnya,
Dengan sayap-sayap putih kebenaran konvensional dan tertinggi yang terkepak lebar,
Didorong oleh angin-angin kuat kebajikan, Sang Bodhisatwa akan mengarungi hingga pantai seberang yang terunggul, samudera kualitas Para Penakluk.
Saya melafalkan dan merenungkan bait-bait tersebut setiap hari. Dengan bantuan sepasang sayap, yaitu sayap kebenaran konvensional dan tertinggi, perlahan-lahan menapaki bhumi dan marga Bodhisatwa, hingga akhirnya bisa mengucapkan kepada para makhluk biasa: Bye-bye! Tentu ini harapan untuk praktik yang saya upayakan ini. Hingga akhirnya, seorang yang lahir di tanah terpencil yang disebut Do-me (Amdo, Barat Laut Tibet), yang diramalkan oleh Palden Lhamo dengan tiga aksara A Ka Ma di Danau Lhamo, sekarang saya sudah bertemu dengan siapa pun koneksi karma yang bisa saya temui berdasarkan doa-doa aspirasi dari kehidupan lampau sebelumnya. Oleh sebab itu, berdasarkan aspirasi-aspirasi yang telah dipanjatkan sebelumnya itu semua, saya sepenuhnya yakin akan manfaat dan kualitas dari pandangan unggul yang merealisasikan kesunyataan dan hati bodhicitta yang gagah berani. Saya telah membuktikannya sendiri berdasarkan praktik pribadi saya sendiri yang telah memberikan manfaat sangat luar biasa besarnya.
Karena itu, di hari istimewa ini, saya mendorong semua Sahabat-Sahabat Dharma, di masa yang teramat sangat khusus dewasa ini, berikan perhatian khusus terhadap aktivitas Buddha terkait ucapan-ucapannya. Curahkan ketertarikan dan niat pada ajaran Buddha. Pertama-tama, curahkan dirimu pada aktivitas belajar. Secara khusus, pelajari dan renungkan Empat Kebenaran Arya. Berikutnya, pelajari dan renungkan Bodhcitta demi melayani semua makhluk. Dengan cara seperti ini, bisa dipastikan kita akan mencapai kedamaian batin di dalam diri sendiri, yang pada gilirannya akan menciptakan kedamaian di lingkungan sekitar dan di dunia ini.
Wahai semua Sahabat Dharma, saya mohon ingatlah semua kata-kata ini di dalam batinmu. Itu saja yang hendak saya sampaikan. Terima kasih.
Sumber: